Senin, 06 Juli 2015

Patofisiologi Fraktur dan Osteomielitis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang kompleks dan tersusun atas tulang, sendi, otot, ligament,tendon, serta jaringan lain yang menghasilkan struktur dan bentuk tulang. Sistem ini juga melindungi organ-organ vital, memungkinkkan terjadinya gerakan  menyimpan kalsium serta mineral lain didalam matriks tulang yang dapat dimobilisasi bila terjadi defisiensi. Fungsi utama Sistem Muskuloskeletal adalah menegakkan posture dan untuk pergerakan
Fungsi   otot   adalah     kontraksi   dan   menghasilkan   gerakan-gerakan bagian tubuh/Semua komponen bekerjasama untuk melakukan fungsi gangguan salah satu komponen   mengganggu fungsi.
            Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Tulang diklasifikasikan berdasarkan bentuknya menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang datar, dan tulang irregular.jika diklasifikasikan menurut strukturnya tulang dapat berupa tulang kortikal (kompak; padat) atau kanselus (berbentuk seperti karang atau trabekuler).
Perubahan-perubahan dalam fisiologi sistem musculoskeletal yang dapat menyebabkan suatu penyakit dan mendayagunakan pengetahuan dasar ini untuk berargumen dalam mengembangkan suatu rencana penatalaksanaan bagi penyakit tersebut.







B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu:
1.      Apa yang dimaksud fraktur?
2.      Bagaimana etiologi fraktur?
3.      Apa saja klasifikasi fraktur?
4.      Bagaimana patofisiologi fraktur?
5.      Bagaimana manifestasi klinis fraktur?
6.      Bagaimana insiden fraktur?
7.      Bagaimana prognosis fraktur?
8.      Apakah komplikasi fraktur?
9.      Bagaimana penatalaksanaan fraktur?
10.  Apa yang dimaksud osteomielitis?
11.  Bagaimana etiologi osteomielitis?
12.  Apa saja klasifikasi osteomielitis?
13.  Bagaimana patofisiologi osteomielitis?
14.  Bagaimana manifestasi klinis osteomielitis?
15.  Bagaimana insiden  osteomielitis ?
16.  Bagaimana prognosis osteomielitis?
17.  Apakah komplikasi osteomielitis?
18.  Bagaimana penatalaksanaan osteomielitis?



C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuannya adalah :
1.      Untuk mengetahui definisi fraktur.
2.      Bagaimana etiologi fraktur.
3.      Apa saja klasifikasi fraktur.
4.      Bagaimana patofisiologi fraktur.
5.      Bagaimana manifestasi klinis fraktur.
6.      Bagaimana insiden fraktur.
7.      Bagaimana prognosis fraktur.
8.      Apakah komplikasi fraktur.
9.      Bagaimana penatalaksanaan fraktur.
10.  Apa yang dmaksud osteomyelitis.
11.  Bagaimana etiologi osteomyelitis.
12.  Apa saja klasifikasi osteomyelitis.
13.  Bagaimana patofisiologi osteomyelitis.
14.  Bagaimana manifestasi klinis osteomyelitis.
15.  Bagaimana insiden  osteomyelitis.
16.  Bagaimana prognosis osteomyelitis.
17.  Apakah komplikasi osteomyelitis.
18.  Bagaimana penatalaksanaan osteomyelitis.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fraktur
1.      Pengertian
Berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tentang fraktur. Fraktur menurut Smeltzer (2002) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan dtentukan sesuai jenis dan luasnya. Demikian pula menurut Doenges (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Sedangkan fraktur menurut Price (1995) fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasa disebabkan oleh trauma tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma.
2.      Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada  orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur karena berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone pada menopause (Reeves 2001). Maka faktor resiko terjadinya fraktur meliputi :
·         Kejadian terjatuh
·         Kecelakaan kendaraan bermotor
·         Olahraga
·         Usia muda (immaturitas tulang)
·         Penyakit tulang  
·         Obat-obatan yang menyebabkan osteoporosis (contonya preparat steroid)

3.      Klasifikasi
Klasifikasi fraktur menggunakan gabungan istilah yang menyatakan klasifikasi umum,posisi fragmen,dan garis fraktur untuk mendeskripsikan fraktur .
·         Klasifikasi umum fraktur
1.      Simplex (tertutup) : fragmen tulang tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
2.      Compound (terbuka) : fragmen tulang menembus kulit sehingga menyebabkan kontaminasi lingkungan
3.      Inkompleta (Persial) : Kontinuitas tulang belum terputus seluruhnya
4.      Kompleta (Total) : Kontinuitas tulang sudah terputus seluruhnya.
·         Klasifikasi berdasarkan posisi fragmen
1.      Kominutiva (remuk) : Tulang pecah menjadi potongan kecil.
2.      Impakta (impacted) : Salah satu fragmen fraktur terdorong masuk kedalam fragmen yang lain.
3.      Angulata (bersudut) : Kedua fragmen fraktur berada pada posisi yang membentuk sudut.
4.      Dislokata (displaced) : Fragmen fraktur saling terpisah menimbulkan deformitas.
5.      Nondislokata(nondiplaced): Kedua potongan tulang tetap mempertahankan kelurusan pada tulang yang dasarnya masih normal.
6.      Overriding :Fragmen fraktur saling menumpuk sehingga keseluruhan panjang tulang memendek.
7.      Segmental : Fraktur terjadi pada dua daerah yang berdekatan dengan segmen sentral yang terpisah.
8.      Avulsi : Fragmen fraktur tertarik dari posisi normal karena kontraksi otot atau resistensi ligament.
·         Klasifikasi berdasarkan garis fraktur :
1.      Fraktur Transversal : fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang,pada fraktur macam ini tulang yang patah di reposisi ketempat semula dan akan stabil.
2.      Fraktur Oblik : fraktur yang garis patahnya membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu tulang.Fraktur initidak stabil dan sulit untuk diperbaiki.
3.      Fraktur Spiral : Garis fraktur menyilang tulang pada sudut yang oblik sehingga menciptakan pola spiral atau memutar.Sulit disembuhkan sehingga pengobatannya membutuhkan pembedahan.
4.      Fraktur Longitudinal : Garis fraktur membentang arah longitudinal disepanjang sumbu tulang.
5.      Farktur Linear : Garis fraktur berjalan sejajar sumbu tulang.

4.Patofisiologi
            Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (cardiac out put) menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.

Pathway fraktur
Kerusakan pembuluh darah
Trauma
Kemampuan otot mendukung tulang 




Nyeri
Pendarahan
Hematoma mengeksudasi plasma dan poliferasi
Terjadi perubahan perfusi jaringan
Volume darah
Edem lokal
Serabut syaraf
Gangguan molilitas fisik
 

















5.   Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus ( bunyi berderik ketika bagian fraktur digerakan, disebabkan oleh gesekan fragmen tulang), pembengkakan local dan perubahan warna ( Smeltzer,2002). Gejala menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit, pembengkakan dan kelainan bentuk.
1.      Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen tulang.
2.      Setelah terjadi fraktur, bagian- bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergeser secara tidak alamiah ( gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran  fragmen tulang menyebabkan deformitas.
3.      Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  di atas dan di bawah tempat fraktur.
4.      Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba ada derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antar fragmen.
5.      Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dna perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bias baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
6.            Insiden
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada usia lanjut cenderung terjadi lebih banyak pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.








7.          Prognosis
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada lokasi fraktur juga umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:
Lokasi Fraktur
Masa Penyembuhan
Lokasi Fraktur
Masa Penyembuhan
1. Pergelangan tangan
3-4 minggu
6. Kaki
3-4 minggu
2. Fibula
4-6 minggu
7. Metatarsal
5-6 minggu
3. Tibia
4-6 minggu
8. Metakarpal
3-4 minggu
4. Pergelangan kaki
5-8 minggu
9.jari kaki
2-4 minggu
5. Tulang rusuk
4-5 minggu
10. Jari tangan
2-3 minggu
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia (> 8 minggu). Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada tahun 1997. Tingkat kematian dari fraktur:
  • Kematian : 11.696
  • Insiden      : 1.499.999
·         0,78% rasio dari kematian per insiden
8.      Komplikasi
Komplikasi fraktur yang mungkin akan terjadi meliputi :
1.      Deformitas dan disfungsi permanen jika tulang yang fraktur tidak bisa sembuh (non-union) atau mengalami kesembuhan yang tidak sempurna (malunion)
2.      Nekrosis aseptic ( bukan disebabkan oleh infeksi) pada segmen tualng akibat gangguan sirkulasi.
3.      Syok hipovolemik akibat kerusakaan pembuluh darah ( khususnya pada fraktur femur)
4.      Kontraktur otot
5.      Sindrom kompartemen
6.      Emboli lemak akibat disrupsi sumsum tulang atau aktivasi sitem saraf simpatik pasca trauma.


9.      Penatalaksanaan
Tindakan kedaruratan penanganan fraktur terdiri atas :
·         Fraktur harus segera diimobilisasi untuk memungkinkan pembentukan hematoma fraktur dan meminimalkan kerusakan.
·         Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar terjadi pemulihan posisi yang normal dan rentang gerak. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan pembedahan unutk fiksasi (reduksi terbuka) pin atau sekrup dapat dipasang untuk mempertahankan sambungan. Traksi dapat diperlukan untuk mempertahankan reduksi dan menstimulasi penyembuhan.
·         Immobilisasi jangka panjang setelah reduksi penting dilakukan agar terjadi pembentukan kalus dan tulang baru. Immobilisasi jangka panjang biasanya dilakukan dengan pemasangan gips atau penggunaan bidai.


B.     Osteomielitis
1.      Pengertian
Osteomielitis adalah infekti tulang yang ditandai khas oleh kerusakan progresif akibat inflamasi sesudah pembentukan tulang yang baru,biasanya tetap terlokalisir tetapi dapat menyebar ke sumsum tulang korteks dan periosterio.(Mayer, dkk.2012:427)
Osteomielitis merupakan peradangan tulang setempat atau generalisata akibat infeksi biasanya oleh organisme piogenik( Dorlan:793)
Dapat disimpulkan bahwa Osteomielitis itu adalah infeksi tulang dalam muskuloskeletal yang ditandai dengan kerusakan progresif yang berasal dari lokasi lain di dalam tubuh.
2.      Etiologi
·         Mikroorganisme piogenik yang paling sering menyebabkan osteomielitis adalah staphylococcus aureus.
Selain mikroorganisme penyebab yang lain adalah :
1.      Streptococcus piogenes
2.      Pneumokokus
3.      Esherichia coli
·         Infeksi akut yang berasal dari tempat lain di dalam tubuh
·         Traumaminor

3.      Klasifikasi
·         Akut : ditularkan melaluli darah(Osteomielitis hematogen)atau yang lebih sering setalh kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah(Osteomielitis eksogen) penyebab umunya adalah bakteri dan paling sering menyerang anak-anak yang sedang tumbuh dengan cepat
·         Kronis :  mengenai tulang panjang khususnya tibia dan femor ditandai dengan reaksi radang difus peningkatan densitas tulang dan penebalan sklerotik berbentuk gelendong pada korteks tanpa superasi.

4.      Patofisiologi
Secara khas mikroorganisme menemukan tempat perbenihannya dalam hematoma yang timbul akibat trauma yang baru saja terjadi atau dibagian tubuh yang  lemah seperti lokasi infeksi setempat( furunkulosis) dna kemudian menyebar melalui aliran darah kebagian metafisis tulang,kebagian tulang panjang yang bersambung dengan lempeng epifisis,tempat aliran darah akan mengalir kedalam sinosoid.
Pada dasarnya tulang terpisah dari sitem pertahanan alami bagian tubuh yang lain ketika mikroorganisme melewati periosteum.Kemampuan tulang untuk mengganti jaringan nekrotik akibat infeksi sangat terbatas sehingga dapat tejadi Osteomielitis.






 PATHWAY OSTEOMIELITIS
Mikroorganisme tumbuh dan membentuk  pus didalam tulang
 


ANTIBIOTIK
                                                           
                                                                                               
Tekanan dalam  kavum medularis yang kaku
                                   
Tulang kehilangan pasokan darah
Pus terdorong lewat kanalis havers dengan membentuk abses  superiosteo
 





Intervensi Bedah
Tulang yang iskemik menjadi nekrotik
Tulang yang mati (sekuestrum) terlepas dan mengalir keluar lewat pembentukan abses atau sinus
Akibatnya terjadi       osteomielitis
Periosteum terstimulasi untuk menciptakan tulang yang baru
Terbentuk sistem Havers yang tidak lengkap
Terbentuk sekuestrum
 











5.      Manifestasi klinis
Gambaran klinis osteomielitis akut dan kronis umumnya sama dan dapat meliputi
·         Osteomielitis akut dengan awitan cepat dan disertai nyeri yang mendadak pada tulang yang terkena dengan gejala nyeri tekan (dolor),kenaikan suhu dibagian lesi (kalor),pembengkakan ( tumor),Eritema,pertahan muskuler dibagian ekstremitas yang sakit serta keterbatasan gerakan.
·         Infeksi Kronis yang bertahan secara intermiten selama bertahun-tahun,yaitu muncul setelah trauma ringan atau bertahan dalam bentuk drainase pus dari kantung yang lama dalam sinus tracts
·         Demam dan takikardia yang menyertai
·         Dehidrasi ( pada pasien anak-anak)
·         Iritabilitas atau rewel dan gangguan menyusu( pada bayi).

6.      Insiden
Osteomielitis sering terjadi pada anak-anak ( khususnya pada anak laki-laki) dari pada orang dewasa dan biasanya merupakan komplikasi infeksi setempat yang akut.Osteomielitis akut dan kronis kini sudah berkurang kecuali pada penyalahgunaan obat bius.
7.      Prognosis
Penderita osteomielitis dengan penangan yang segera prognosis osteomielitis akut akan sangat baik sedangkan pada osteomielitis kronis prognosis tetap buruk.
8.      Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terdapat pada osteomielitis meliputi :
1.Amputasi (lengan atau tungkai kalau osteomielitis kronis yang resisten menyebabkan nyeri yang berat serta membandel dan mengurangi fungsi tulang)
2. Korteks tulang yang lemah sehingga merupakan faktor predisposisi untuk fraktur patofisiologi
3. Pertumbuhan ekstremitas yang terhenti (pada anak-anak dengan osteomielitis berat).

9.      Penatalaksaan
Penanganan osteomielitis akut harus sudah dimulai sebelum penegakan diagnosis pasti dan penanganan tersebut meliputi:
1.      Terapi antibiotik untuk mengontrol infeksi
2.      Terapi oksigen hiperbarik untuk menstimulasi mekanisme imun yang normal
3.      Pembedahan diperlukan untuk mengangkat jaringan tulang yang telah mati dan meningkatkan drainase
4.      Pencangkokan kulit,tulang dan otot untuk mengisi diatspace dan meningkatkan pasokan darah.





BAB III
PENUTUP
3.1              KESIMPULAN
Sistem Muskuloskeletal pada manusia dapat menyebabkan berbagai penyakit diantaranya adalah Fraktur atau yang sering kita kenal dengan patah tulang dan Osteomielitis.Kedua penyakit  dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yang menimbulkan berbagai macam komplikasi diantaranya fraktur yang menyebabkan syok hipofolemik,sedangkan untuk osteomyelitis dapat menyebabkan amputasi .Dari setiap penyakit cara penanganan yang diberikan itu berbeda-beda.

3.2           SARAN
Bagi para pembaca lebih memperhatikan kesehatan tulang dengan cara memenuhi kebutuhan kalsium yang cukup untuk memperkuat tulang,melakukan segala aktifitas dengan berhati-hati dan menjaga kebersihan diri jika terdapat luka pada tubuh anda.

















DAFTAR PUSTAKA

Corwin,Elisabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi ed 3.Jakarta : EGC
Dorlan.2011.Kamus Saku Kedokteran Dorlan ed 28.Jakarta:EGC
Kowalak,dkk.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC
Lukman dan Nurna Ningsih.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta : Salemba Medika
19.25 WIB